Jumat, 15 April 2011

WISMA NUSANTARA


Proyek Wisma Nusantara (30 lantai) adalah salah satu saksi bisu bagamana kontraktor Asing mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dari proyek di Indonesia. Pembangunan Gedung Wisma Nusantara di mulai pada tahun 1961 silam dan terhenti pada tahun 1963 karena penadaannya yang berasal dari pampas an perang habis. Proyek yang dirancang Kjima Design Departement Jepang ini dilanjutkan pada tahun 1970 sebagai proyek investasi PT Wisma Nusantara International-perusahaan patungan antara Bank Indonesia (mewakili Pemerintah Indonesia) dan perusahaan Jepang, Mitsui & Company Ltd.

Keanehan proyek itu dirasakan Wiratman Wangsadinata. Sebagaimana ditulis dalam Prof. DR. Ir Wiratman, Mensyukuri 44 tahun Pengabdi Kepada Dunia Konstruksi, ketika Wisnu direncanakan dan dibangun kontraktor Jepang, di Jepang sendiri belum ada gedung yang memiliki ketinggian lebih dari 31 tingkat. Undang-undang di sana melarang pembangunan gedung tinggi. Gedung Wisnu, tulis Wiratman, yang mendapat tugas dari pemerintah pergi ke Jepang, dijadikan prototype generasi pertama gedung-gedung tinggi di Jepang. Itu terjadi setelah Prof Kyoshi Muto yang tergabung dalam Kajima Coorporation (Kontraktor pembangunan Wisnu) berjuang secara gigih di parlemen dan berhasil mengubah undang-undang pembangunan gedung tinggindi Jepang tahun 1962 “Jadi jelas, Jepang sendiri yang mengambil manfaat proyek itu” tulis Wiratman.

Di laboratorium Kajima, para teknisi Jepang mengkaji kelayakan sambungan balok/kolom yang akan digunakan untuk pembangunan Wisnu. Hasilnya dengan pengetahuan yang diperoleh dari perencanaan pembanguna Wisnu, Kajima merencanakan dan berhasil membangun gedung tertinggi di Jepang, Kasumigasegi Building (32 tingkat) di Tokyo pada tahun 1964 “ Sungguh Ironis” kata Wiratman Sumber: GAtra no 44 Tahun XV 10-16 September 2009

Senin, 11 April 2011

KANTOR PT JAKARTA LLOYD (1930)


Gedung yang terletak di jalan Mpu Tantular ini dahulunya adalah milik perusahaan pelayaran Belanda bernama Stomvart Nederland Maskapij (SNM) dan sekarang dipakai untuk kantor perusahaan pelayaran nasional PT Djakarta Lloyd

A. Denah
Bangunan terdiri dari 2 (dua) lantai. Karena antara jalan Mpu Tantular dengan jalan kecil yang berada disebelah kirinya tidak tegak lurus maka bangunan gedung yang terletak di sudut jalan ini bentuk denahnya menjadi tidak simetris. Bagian depannya sejajar dengan jalan Mpu Tantular sementara bagian belakangnya sejajar dengan jalan kecil

Denah bagian depan berbentuk empat persegi panjang. Pintu masuknya berada di bagian ini. Selanjutnya bagian belakang memanjang ke belakang. Bagian tengahnya terdapat ruangan tangga yang cukup luas, bagian paling belakang untuk garasi kendaraan. Fungsi-fungsi awal ruangan di dalam bangunan masih berfungsi sama dengan pada saat awal dibuat karena pemakainya masih sama yaitu perusahaan pelayaran.

Selasar terletak di bagian depan dan sisi kanan atau disepanjang jalan kecil, sisi kiri tidak ada selasar karena berbatasan dengan bangunan disebelahnya. Fungsi selasar sebagai penahan sinar matahari yang datang dari arah Barat pada sore hari, selasar ini sekarang berfungsi untuk ruangan kerja.


B. Tampak
Tampak bangunan memberi kesan ramping karena luas tanah yang terbatas mengharuskan bangunan menyesuaikan diri. Demikian juga jendela dengan kisi-kisi penahan sinar matahari. Lobby penerima yang semula terbuka sekarang sudah ditutup dengan kaca.

Melihat jarak antar kolom dan kemudian antara jendela di bagian bawah dengan jendela diatasnya kelihatan memiliki perbandingan yang sama yaitu 1;2. Modul kecil-kecil ini kemudian membentuk modul yang lebih besar yaitu bentuk bangunan dengan perbandingan yang sama.


C. Konstruksi dan Bahan Bangunan
C.1. Pondasi/Dinding
Dilihat dari jajaran kolom yang berjajar pada bagian luar agaknya memakai pondasi setempat dan digabungkan dengan pondasi batu kali untuk dindingnya. Dinding terbuat dari batu bata dengan ketebalan 1 batu dan lantainya dari teraso.

C.2. Atap
Bentuk atap bangunan dikenal dengan sebutan Limas Mansard (bentuk limasan melengkung). Plafond dibuat cukup tinggi untuk lantai dasar ketinggian plafon 5.2 meter dan lantai atas 5.00 meter.


D. Ragam Hias
Ragam hias tampak pada tepi jendela berupa rooster berbentuk bujur sangkar mengelilingi bagian sisi dan atas jendela. Bagian bawah memakai plat beton. Plat beton ini memiliki fungsi ganda, untuk bagian atas berfungsi untuk tepi jendela dan untuk bagian bawah untuk kanopi kecil.


Bangunan ini sekarang kurang terawat dan cenderung makin menaglami penurunan karena banjir rob yang sering melanda kawasan kota lama Semarang.

Sabtu, 09 April 2011

GEDUNG ASURANSI JIWASRAYA (1916)



Gedung Asuransi Jiwasraya dahulunya Gedung Asuransi Nilmij (Nederlandsch-Indische Levensverzekering-en Lifrente Mij) adalah satu dari dua bangunan gedung karya Arsitek Thomas Karsten yang berada di kawasan kota lama Semarang.

I. Denah
Bentuk denah bangunan utama empat persegi panjang. Pada bagian bawah sebelah kanan terdapat denah tambahan berbentuk segi delapan yang berfungsi sebagai lobby. Bangunan terdiri dari 3 (tiga) lantai dengan void di bawah kubah persegi delapan. Hubungan antara lantai bawah dan lantai diatasnya menggunakan tangga dan elevator. Pemakaian elevator ini cukup menarik karena menarik karena merupakan elevator tertua di kota Semarang.
Pintu masuk merupakan titik tangkap bagi pengamat/pengunjung, area ini dibentuk oleh pertemuan tiga elemen bentuk masing-masing: Empat persegi panjang, persegi delapan dan jajaran genjang. Bidang empat persegi panjang berfungsi juga sebagai ruang terima. Pintu masuk dengan bentuk semacam ini memberi kesan pengunjung masuk ke dalam bidang sempit yang kemudian diterima oleh ruangan yang luas sehingga kesan masuk pintu sempit tadi hilang begitu sampai di bagian dalam.
Dari ruangan persegi delapan ini kemudian pengunjung diberi pilihan untuk menuju ruangan yang akan dikunjungi.

II. Konstruksi
Konstruksi utama gedung ini memakai sistim beton bertulang dengan dinding batu bata 1 batu ( 30 cm). Plafon dari beton ekspose sehingga terlihat dengan jelas.

III. Tampak
Dari bentuknya bisa dilihat bahwa bangunan ini sudah meninggalkan ciri-ciri langgam neo-klasik seperti bentuk-bentuk lengkung, namun demikian ornamen masih dipakai pada ventilasi. Tampak bangunan belum mencerminkan bangunan tropis, tetapi Thomas Karsten sudah melakukan perubahan dengan membuat selasar pada bagian depan sehingga sinar matahari tidak langsung masuk ke dalam ruangan. Kebetulan bangunan gedung ini berada di lokasi menghadap ke Barat sehingga selasar ini berfungsi dengan baik.


IV. Ragam Hias
Ragam hias pada bangunan ini adalah ragam hias struktural. Artinya ragam hias berfungsi juga sebagai struktur bangunan. Penahan sinar matahari (sun screen) pada selasar dan ventilasi diatas jendela bermotif kotak-kotak kecil dengan lingkaran di bagian tengahnya