Kamis, 01 Januari 2009

KARYA THOMAS KARSTEN DI SEMARANG I

BAGIAN I
P E N D A H U L U A N

1.1 Latar Belakang
Akibat terjadinya revolusi Industri pada akhir abad IX, wacana arsitektur di Eropa mengalami perubahan mendasar. Salah satunya adalah lahirnya Arsitektur Moderen. Jenis arsitektur baru ini dihasilkan dari transformasi dalam 3 sektor pembangunan:

  • Transformasi Budaya: Arsitektur Neo-Klasik
Hadirnya Arsitektur Neo-Klasik dilatar-belakangi berbagai pandangan baru mengenai arsitektur klasik yang akhirnya menjurus ke eklektisme yang menghasilkan langgam klasik yang rancu.


Arsitektur Neo-Klasik timbul karena adanya pendapat mengenai mana diantara 4 (empat) kebudayaan Menditerania yang paling benar. Untuk mencari kebenaran tersebut mereka berpegang pada teori arsitektur Vitruvius. Pembuktian terjadi pada saat penggalian di Sicilia dan Pompeii pada pertengahan abad ke 18 yang memperlihatkan bahwa arsitektur Yunani-lah yang paling benar. Hasil pengamatan itu dipublikasikan pada tahun 1750 dan 1760 oleh JD Le Roy (1758), Jamie Stuart dan Nicolas Revett dengan judul "ANTIQUES OF ATHENS" (1762) dan Robert Adam dan CL Clerisen berupa dokumentasi berjudul "DIOCLETIAN'S PALACE AT SPLIT" (1764). Tetapi Arsitek Piranessi pada tahun 1761 dalam bukunya berjudul DELLA MAGNIFENCA ED ARCHITECTURA ROMAWI membantah pengamatan tersebut dengan mengatakan bahwa langgam Romawi-lah yang paling benar. Polemik ini berlanjut dan menghasilkan Arsitektur Neo-Klasik, yaitu karya-karya arsitektur yang dibuat atas dasar teori Vitruvius namun dengan tampilan langgam-langgam yang menunjuk ke arsitektur Yunani dan Romawi.

  • Transformasi Kawasan : Pembangunan Urban
Revolusi Industri yang terjadi di Eropa berdampak pada terjadinya urbanisasi yang mengakibatkan peningkatan populasi penduduk pada kota-kota tua. Akibatnya lingkungan berubah kumuh. Lingkungan kumuh ini kemudian dicoba untuk diatasi dengan cara membangun flat, tetapi tidak membawa manfaat karena pembangunannya pada akhirnya justru menimbulkan kawasan kumuh baru.

  • Transformasi Teknologi: Rekayasa Struktur
Pada periode ini mulai ditemukan besi, beton, baja dan kaca, sehingga bangunan mulai dapat didirikan dengan sistim konstruksi homogen, misalnya: pemakaian konstruksi beton tanpa sambungan. Contohnya adalah gedung Plougastel yang dirancang oleh Eugene Freysinet pada tahun 1926; dan bangunan berstruktur besi seperti Fontaine, Galery d'Orle'ans, di Paris 1829. Penemuan prinsip energi uap dan pemakaian rangka baja merupakan awal pemakaian teknologi struktur baja untuk bangunan. Pelopornya 3 orang yaitu: James Watt, Abraham derby dan John Wilkinson. Awalnya pemakaian baja hanya terbatas untuk konstruksi jembatan, yang pertama dirancang oleh TF Pritchard dengan bentang 30,50 meter, dibangun pada tahun 1779 di Savern dekat Coalbrokedale. Pada pertengahan abad ke 18 besi tempa yang semula hanya dipakai untuk rel kereta api dan gudang mulai dicoba untuk dipakai pada bangunan dengan sistim fabrikasi. Bangunan dengan bahan kaca contohnya adalah Crystal Palace yang didisain oleh seorang ahli kebun bernama Joseph Paxton, yang juga merancang rumah kaca untuk Duke of Devonsire di Catswort.

Dari perkembangan 3 (tiga) sektor inilah Arsitektur Moderen dibangkitkan. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

1. Sektor Perancangan Bangunan
Arsitektur Neo-Klasik akhirnya terjerumus ke dalam situasi pemilihan langgam sebagai bungkus bangunan. Inilah yang dipakai sebagai titik tolak untuk melahirkan Arsitektur Moderen dengan jalan menolaknya.

2. Sektor Kawasan
Perbaikan lingkungan yang dilakukan ternyata menghasilkan kawasan kumuh baru di kota. Kondisi ini membangkitkan konsep-konsep tata kota moderen, antara lain: Kota Taman ( E Howard ) dan kota Industri ( T Ganier )

3. Sektor Rekayasa
Penemuan dibidang teknologi produk menggugah pandangan arsitek. Mereka saat itu sadar bahwa rancang bangun tidak dapat lagi bertumpu pada seni saja sebab dengan teknologi produk tersebut dapat dibuat tipe banguna baru, khususnya bangunan bertingkat banyak atau bentang-panjang.
Seluruh reaksi diatas merupakan respons para arsitek atas perubahan kondisi dan situasi yang mereka hadapi. Respon tersebut berlangsung di seluruh Eropa, juga Amerika Serikat. Belandapun tidak terhindar dari respons tersebut. Para arsitek disana ikut aktif melakukan percobaan-percobaan untuk mengantisipasi kondisi dan situasi baru diatas dan salah satu pelopornya adalah HP Berlage. Periode kepeloporan tersebut kurang lebih bersamaan dengan periode kejayaan Hindia Belanda sebagai dunia baru sehingga merupakan tempat yang cocok untuk mempraktekkan percobaan tadi.

Walaupun pada awal abad ke 20 kota Semarang masih berfungsi sebagai kota perdagangan tetapi keadaan kota ketika itu jauh dari apa yang diharapkan. Kota ini dilada berbagai wabah penyakit karena lingkungan tumbuh tidak terkendali di kota bagian bawah. Oleh sebab itu Pemerintah Kota berencana mengembangkan kota ke arah Selatan, dimana daerah ini merupakan daerah dengan kondisi tanah berbukit dan beriklim sejuk.

Salah satu arsitek Belanda yang berperan dalam pembangunan kota Semarang pada saat itu adalah Herman Thomas Karsten. Thomas Karsten adalah seorang arsitek lulusan sekolah teknik di Delft-Belanda yang datang ke Semarang pada tahun 1914. Perannya bagi pembangunan kota Semarang yang cukup besar menjadikan menjadikan kota ini dikalangan para arsitek saat itu disebut sebagai Kota Karsten. Hampir seluruh bagian kota mendapat sentuhan tangannya, seperti kawasan Candi Baru, Sompok, Mlaten, Pekunden, Batan dan Wonodri. Selain merancang kawasan-kawasan tadi, Karsten juga merancang beberapa bangunan di Kota Semarang. Untuk masa itu jumlahnya cukup banyak yakni mencapai 10 buah bangunan. Tidak hanya Semarang, Karsten juga berkarya untuk beberapa kota lainnya di Indonesia. Keistimewaan hasil rancangan Karsten, terutama pada bangunannya terletak pada tidak adanya kesamaan antara satu dengan lainnya sehingga hal ini sangat menarik untuk dipelajari. Dikalangan arsitek pada saat itu Thomas Karsten juga dikenal sebagai seorang arsitek yang berpaham Sosialis.

Melalui tulisan ini akan diketahui ada atau tidaknya hubungan antara tiga fenomena diatas yaitu keadaan dunia arsitektur secara global, keadaan kota Semarang pada saat itu dan paham Sosialis dari Thomas Karsten.


1.2. Alasan Pemilihan Judul.
Thomas Karsten merupakan salah satu arsitek Belanda yang banyak berkarya di Hindia Belanda setelah diterapkannya program Desentralisasi. Program Desentralisasi adalah dilimpahkannya pembangunan di Hindia Belanda dari Pemerintah Pusat di Belanda kepada Pemerintah Daerah atau sekarang kita mengenalnya dengan istilah Otonomi Daerah.

Ada 2 (dua) alasan mengapa Penulis memilih kota Semarang:Pertama, karena kota ini merupakan kota yang secara lengkap dirancang oleh Thomas Karsten. Kota ini bahkan sempat mendapat julukan kota Karsten, karena dia tidak saja merancang bangunan tetapi juga penataan kota Semarang. Kedua, Ingin mengetahui seberapa jauh pengaruh perkembangan arsitektur yang terjadi baik di Hindia Belanda maupun di luar negeri terhadap rancangan Thomas Karsten, sehingga dapat diketahui mengapa terjadi perbedaan pada setiap karyanya karena Penulis percaya semua itu akan memberi wacana pada dunia arsitektur Moderen di Hindia Belanda pada saat itu dan Indonesia Moderen sekarang.




Tidak ada komentar: